Senin, 23 Februari 2009

PENERAPAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK
PADA MATERI KUBUS DAN BALOK
DI KELAS VIII SMP NEGERI 8 BANDA ACEH
TAHUN AJARAN 2008/ 2009


Latar Belakang Masalah
Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan mustahil suatu kelompok manusia bisa hidup berkembang sejalan dengan aspirasinya atau cita-citanya untuk maju, sejahtera, dan bahagia.
Untuk memajukan kehidupan mereka itulah, maka pendidikan menjadi sarana utama yang perlua dikelola secara sistematis, konsisten dan berkesinambungan berdasarkan berbagai pandangan teoretikal dan praktikal sepanjang waktu sesuai dengan lingkungan hidup manusia itu sendiri.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan meberikan sejumlah pengetahuan kepada anak didik yang mengandung nilai, sikap serta keterampilan dalam rangka mencapai tujuaan pendidikan. Salah satu dari ilmu pengetahuan yang diajarkan di sekolah adalah matematika.
Pengajaran matematika di Indonesia sudah dimulai sejak tahun 1973 ketika pemerintah mengganti pengajaran berhitung di Sekolah Dasar (SD) dengan matematika (Hadi, 2005). Sejak saat itu juga matematika menjadi pelajaran wajib di Sekolah Dasar (SD), juga di Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Menengah Atas (SMA).
Matematika mempunyai peranan yang sangat penting dalam dunia pendidikan. Peranan ini berkaitan erat dengan pengaplikasian matematika dalam dunia pendidikan itu sendiri maupun dalam kehidupan sehari-hari. Kendatipun begitu pentingnya matematika baik dalam dunia pendidikan maupun pengaplikasiannya dalam kehidupan sehari-hari, namun pada kenyataannya masih banyak peserta didik memiliki minat yang minim terhadap matematika.
Minimnya minat peserta didik terhadap matematika berawal dari anggapan bahwa matematika adalah sederetan rumus-rumus yang rumit dan membingungkan. Banyak siswa yang merasa bosan, tidak tertarik, bahkan membenci pelajaran matematika karena matematika sering diperkenalkan sebagai kumpulan angka-angka, rumus-rumus dan cara-cara atau langkah-langkah yang harus dihafal serta siap dipakai untuk menyelesaikan soal-soal. Dari anggapan tersebut, pada diri peserta didik terbayang hal-hal yang negatif terhadap matematika, seperti matematika adalah suatu mata pelajaran yang sangat menakutkan.
Dalam pembelajaran matematika, apabila perasaan takut terhadp matematika selalu ada pada diri peserta didik, maka dapat menyebabkan pembelajaran matematika itu mati suri dan sangat suli ditemukan indikator perkembangannya walaupun matematika itu sendiri masih hidup. Hampir bisa dikatakan, pembelajaran matematika dihadapkan pada situasi pertentangan antara kondisi abstrak dengan kondisi konkrit. Situasi seperti ini sewaktu-waktu bisa memporak porandakan kemampuan siswa dalam memahami matematika yang berakibat pada rendahnya hasil belajar siswa pada pelajaran matematika.
Kenyataan yang dihadapi bahwa prestsi belajar siswa dalam mata pelajaran matematika mempunyai nilai rata-rata rendah, seperti hasil UAN tahun 2005 tidak mencapai target yang telah ditetapkan. Salah satu penyebabnya adalah proses pembelajaran matematika tidak menarik bagi siswa. Siswa sering tidak dapat menyelesaikan soal-soal matematika karena pemahaman konsep dasar yang mereka miliki sangat lemah. Tugas guru untuk mengajarkan matematika dengan pendekatan dalam penyampaian materi yang tepat merupakan suatu yang fundamental, sehingga menyenagkan dan menarik bagi siswa.
Matematika lebih mudah diingat apabila siswa belajar secara bermakna, yaitu siswa dapat mengaitkan konsep baru dengan konsep yang telah diketahui sebelumnya. Dahar (1989: 54) mengatakan, “syarat untuk belajar adalah harus terjadi hubungan antara pengetahuan baru dengan pengetahuan sebelumnya”.
Upaya peningkatan kualitas pendidikan matematika di Indonesia telah dilakukan dengan berbagai cara, antara lain melalui pembaharauan kurikulum dan penyediaan perangkat pendukungnya seperti silabus, buku siswa dan buku pedoman untuk guru, penyediaan alat peraga, serta memberikan pelatihan kepada guru-guru matematika. Namun berbagai upaya tersebut belum memberikan hasil yang menggembirakan terhadap peningkatan kualitas pendidikan khususnya pendidikan matematika di tanah air.
Masalah diatas adalah masalah besar dan klasik dalam praktik pendidikan dan pengajaran matematika di Indonesia. Oleh karena itu, diperlukan upaya serius untuk memperbaiki kualitas pendidikan matematika. Salah satu upaya dengan mengembangkan pembelajaran yang berbasis Pendidikan Matematika Realistik (PMR).
Realistic Mathematics Education (RME) atau di Indonesia dikenal dengan Pendidikan Matematika Realistik (PMR) adalah suatu pendekatan atau cara pembelajaran matematika berdasarkan gagasan-gagasan yang digali dan dikembangkan oleh Hans Freudenthal (Suryanto, 2001:8). Telah diyakini bahwa Pendidikan Matematika Realistik (PMR) menjadi salah satu alternatif dalam rangka perbaikan kualitas pembelajaran matematika. Pendekatan matematika realistik merupakan suatu pendekatan yang berasumsi perlu andanya pengaitan antara matematika dengan realita yang ada dan dapat dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Masalah realistik ini bukan berarti selalu konkrit dapat dilihat oleh mata tetapi termasuk hal-hal yang mudah dibayangkan oleh siswa. Selain itu, siswa harus diberi kesempatan untuk menemukan kembali dan mengkontruksi konsep matematika dengan bimbingan orang dewasa.
Menurut Johar (2006:84) mengatakan, “Pembelajaran matematika dengan pendekatan realistik bermanfaat untuk mengaktifkan siswa, melatih siswa berlaku demokratis, membuat kelas menyenangkan dan memacu guru untuk meningkatkan hasil belajar siswa”.
Bertitik tolak dari uraian di atas, maka penulis ingin mengadakan penelitian yang berjudul “Penerapan Pembelajaran Matematika Realistik pada Materi Kubus dan Balok di Kelas VIII SMP Negeri 8 Banda Aceh Tahun Ajaran 2008/ 2009”.
Dalam penelitian ini sengaja dipilih materi Kubus dan Balok, karena selama ini terdapat beberapa permasalahan dalam pembelajaran Kubus dan Balok. Selain itu merupakan dasar dalam belajar matematika lebih jauh serta banyak digunakan dalam kehiupan sehari-hari dan dalam bidang lain.

Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ketercapaian ketuntasan belajar siswa dalam memahami materi Kubus dan Balok dengan penerapan pembelajaran matematika realistik.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan di atas, maka peneliti membatasi pada pengkajian Penerapan Pembelajaran Matematika Realistik pada Materi Kubus dan Balok di Kelas VIII SMP Negeri 8 Banda Aceh Tahun Ajaran 2008/ 2009. Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah Penerapan Pembelajaran Matematika Realistik pada Materi Kubus dan Balok di Kelas VIII SMP Negeri 8 Banda Aceh Tahun Ajaran 2008/ 2009 dapat membantu mencapai ketuntasan belajar siswa?”
Hipotesis Penelitian
Sebelum penulis mengemukakan hipotesis dalam penelitian ini terlebih dahulu penulis mengemukakan anggapan dasar yang merupakan acuan atau titik tumpuan dari penelitian yang penulis lakukan. Menurut Surachman (1982:38), “Anggapan dasar atau postulat adalah segala sesuatu yang menjadi tumpuan segala pandang dan kegiatan terhadap masalah yang dihadapi, postulat inilah yang menjadi titik pangkal dimana tidak lagi menjadi keraguan penyelidik”. Yang menjadi anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:
Penggunaan pendekatan pembelajaran yang tepat dalam proses belajar mengajar merupakan salah satu faktor penunjang keberhasilan belajar siswa atau ketercapaian ketuntasan belajar siswa
Materi Kubus dan Balok merupakan salah satu materi yang diajarkan di kelas VIII SMP
Hipotesis merupakan kemungkinan jawaban sementara dari persoalan yang dihadapi di dalam penelitian ini yang kebenarannya akan terbukti setelah dilakukan pengujian. Hal ini sesuai dengan pendapat Arikunto (1996:71) mengatakan, “Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan yang sedang diuji kebenarannya”. Adapun yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah: “Penerapan Pembelajaran Matematika Realistik pada Materi Kubus dan Balok di Kelas VIII SMP Negeri 8 Banda Aceh Tahun Ajaran 2008/ 2009 dapat meningkatkan hasil belajar siswa sehingga mencapai ketuntasan belajar yang diharapkan”.
Ruang Lingkup Penelitian
Karena penelitian ini menyangkut dengan Penerapan Pembelajaran Matematika Realistik pada Materi Kubus dan Balok di Kelas VIII SMP Negeri 8 Banda Aceh Tahun Ajaran 2008/ 2009, maka ruang lingkup berkisar pada Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) pada Materi Kubus dan Balok di Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Definisi Operasional
Beberapa definisi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Pembelajaran Matematika Realistik
Pembelajaran matematika realistik merupakan suatu proses membangun pemahaman siswa terhadap materi matematika dengan menggunakan masalah kontekstual sebagai titik awal dalam pembelajaran matematika dan sesuai dengan prinsip dan karakteristik Pendidikan Matematika Realistik (PMR)
Pendidikan Matematika Realistik (PMR)
Realistik Mathematics Education (RME) atau di Indonesia dikenal dengan Pendidikan Matematika Realistik (PMR) adalah pendekatan atau cara pembelajaran matematika berdasarkan gagasan-gagasan yang digali dan dikembangkan oleh Hans Freudenthal (Majalah PMRI, 2007:8)
Materi
Materi adalah sesuatu yang menjadi bahan untuk diujikan, dipikirkan atau dibicarakan (Depdiknas, 2002:723)
Kubus dan Balok
Kubus adalah ruang yang berbatas enam bidang segi empat dan Balok adalah suatu benda dengan enam permukaan berbentuk empat persegi panajang, permukaan-permukaan yang berhadapan adalah sama dan sebangun dan setiap rusuk tegak lurus pada rusuk berdampingan dengannya (Hollands, 1983:7).
Manfaat Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka diharapkan hasil penelitian ini bermanfaat sebagai:
Bahan masukan bagi guru matematika dalam menentukan alternatif pendekatan pembelajaran matematika yang sesuai untuk mengemplementasikan KTSP di kelas dan sebagai informasi bagi siswa bahwa belajar dapat dilakukan dalam suasana yang variatif dan menyenangkan.
Bahan masukan bagi segenap pembaca dan pemerhati yang peduli pada peningkatan mutu pendidikan khususnya mutu pendidikan matematika.
Pengalaman bagi penulis pribadi dalam melaksanakan tugas skripsi.
Landasan Teoritis
Tujuan Pembelajaran Matematika di SMP
Matematika merupakan ilmu pengetahuan universal yang mendasari perkembangan teknologi medern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan mengembangkan daya pikir manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan ilmu matematika. Untuk menguasai dan menciptakan teknologi di masa mendatang diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini. Untuk menguasai ilmu matematika dapat diperoleh melalui pendidikan.
Pendidikan adalah upaya sadar yang dilakukan agar peserta didik atau siswa dapat mencapai tujuan tertentu. Agar siswa dapat mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan, maka diperlukan wahana yang dapat digambarkan sebagai kenderaan untuk mencapai tujuan. Dengan demikian pembelajaran matematika adalah kegiatan pendidikan yang menggunakan matematika sebagai kenderaan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.
Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif, serta kemampuan bekerja sama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif.
Menurut kurikulum 2004 (dalam Depdiknas, 2004: 4) matematika berfungsi:
Untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berfikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan bekerja sama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif.

Sedangkan tujuan pembelajaran matematika dalam kurikulum 2006 (dalam Depdiknas, 2006) adalah:
Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau logaritma, secara luwes , akurat, efisien dan tepat dalam pemecahan masalah
Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika
Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.
Mengomunikasikan gagasan dengan symbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Berdasarkan uraian di atas maka tujuan pembelajaran matematika adalah melatih dan menumbuhkan cara berfikir secara sistematis, logis, kritis, kreatif dan konsisten serta mengembangkan sikap.
Pengertian Pembelajaran Matematika Realistik
Salah satu faktor penyebab rendahnya pengertian siswa terhadap konsep-konsep mate matika adalah pola pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru. Pembelajaran matematika di Indonesia dewasa ini, “dunia nyata” hanya digunakan untuk mengaplikasikan konsep dan kurang mematematisasi “dunia nyata”. Bila dalam pembelajaran di kelas, pengalaman anak sehari-hari dijadikan inspirasi penemuan dan pengkonstruksian konsep (pematematisasian pengalaman sehari-hari) dan mengaplikasikan kembali ke “dunia nyata” maka anak akan mengerti konsep dan dapat melihat manfaat matematika.
Pendidikan Matematika Realistik (PMR) adalah suatu teori dalam pendidikan matematika yang berdasarkan pada ide bahwa matematika adalah aktivitas manusia dan matematika harus dihubungkan secara nyata terhadap konteks kehidupan sehari-hari siswa sebagai suatu sumber pengembangan dan sebagai area aplikasi melalui proses matematisasi baik horizontal maupun vertikal. (www.geocities.com/Athens/crete).
Dalam Pendidikan Matematika Realistik (PMR), siswa belajar mematematisasi masalah-masalah kontekstual. Dengan kata lain, siswa mengidentifikasi bahwa soal kontekstual harus ditransfer ke dalam soal bentuk matematika untuk lebih dipahami lebih lanjut, melalui penskemaan, perumusan dan pemvisualisasian. Hal tersebut merupakan proses matematisasi horizontal. Sedangkan matematisasi vertikal, siswa menyelesaikan bentuk matematika dari soal kontekstual dengan menggunakan konsep, operasi dan prosedur matematika yang berlaku dan dipahami siswa (Dian Armanto, 2001).
Sehingga dalam matematisasi horizontal berangkat dari dunia nyata masuk ke dunia symbol sedangkan matematisasi vertikal berarti proses atau pelaksanaan dalam dunia symbol. (www.geocities.com/ratuilma/rme).

Dasar Filosofi Pendidikan Matematika Realistik (PMR)
Dalam filsafat pendidikan matematika, yaitu pemikiran reflektif tentang pendidikan matematika, perlu menyadarai komponen-komponen yang ada dalam pendidikan matematika. Komponen-komponen itu adalah materi matematika, anak yang belajar, sekolah dan guru yang mengajar, dan realitas lingkungan yang ada. Masing-masing komponen tersebut hasur saling berkaitan.
Khusus mengenai materi matematika, yaitu orang selama ini sadar atau tidak memandangnya sebagai alat. Pandangan semacam itu tidaklah salah dan sama sekali juga tidak harus dibuang. Hal yang perlu disadari adalah penempatannya. Kalau dalam pembelajaran seorang guru cenderung menganggap matematika sebagai alat, tidaklah mustahil anak akan lebih mengutamakan “asal bias menyelesaikan soal” cukup dengan menghafal.
Dalam Pendidikan Matematika Realistik (PMR) tidak memandang matematika sedemikian itu, tatapi memandang matematika sebagai kegiatan manusia. Ini lebis sesuai dengan munculnya matematika di berbagai belahan dunia. Sejarah matematika akan memperjelas hal itu. Karena adnya tantangan hiduplah manusia berupaya untuk mengatasinya. Pandangan itulah yang kemudian dinilai lebih tepat untuk melaksanakan pendidikan matematika lebih lebih diawal pembelajaran yang objeknya bersifat abstrak. Sesuai dengan filsafat itu maka dalam Pendidikan Matematika Realistik (PMR) diupayakan semaksimal mungkin anak aktif dan membangun sendiri pengetahuannya.
Adapun dasar filosofis Pendidikan Matematika Realistik (PMR) menurut Soedjadi (2007: 3) bahwa: “Matematika adalah kegiatan manusia dan sekaligus sebagai alat”. Hal ini berarti bahwa perlu mendapatkan kedua pandangan itu pada tempat yang cocok atau sesuai dengan perkembangan jiwa peserta didik.
Prinsif Pendidikan Matematika Realistik (PMR)
Gravemeijer (dalam Sunardi, 2001: 4-5) menyatakan bahwa ada tiga prinsip kunci dalam mendesain pembelajaran matematika realistik, yaitu:
Penemuan terbimbing dan matematisasi progresif
Prinsip ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengalami proses yang sama dengan proses yang dilalui pakar matematika dengan cara memberikan masalah matematika lalu mematisasi prosedur pemecahan masalah sehingga siswa menemukan sendiri konsep atau hasil dengan bimbingan guru.
Fenomena yang mendidik
Prinsip ini memberikan tofik matematika, yang berasal dari fenomena sehari-hari, sehingga pembelajaran yang dilakukan akan lebih bermakna dengan situasi tofik matematika yang diberikan harus dipertimbangkan dalam pembelajaran dan kesesuaian dengan proses pematematisasian progresif.
Mengembangkan model sendiri (self-devloped model)
self-devloped model ini berperan sebagai jembatan antara pengetahuan informal dan matematika formal, dimana dalam pemecahan masalah siswa secara informal terlebih dahulu melakukan diskusi serta salah satu pemecahan yang ditemukan siswa akan berkembang menjadi model formal.

Karakteristik Pendidikan Matematika Realistik (PMR)
Pembelajaran Matematika Realistik memiliki lima karakteristik: (1) menggunakan kontek yang rill terhadap siswa sebagai titik awal untuk belajar; (2) menggunakan model sebagai suatu jembatan antara rill dan abstrak yang membantu siswa belajar matematika pada level abstraksi yang berbeda; (3) menggunakan produksi siswa sendiri atau strategi sebagai hasil dari mereka “doing mathematics”; (4) interaksi adalah penting untuk belajar matematika antara guru dan siswa, siswa dan siswa, dan (5) keterkaitan antara unit-unit matematika dan masalah-masalah yang ada dalam dunia ini (http://www.geocities.com/ratuilma/tutoroverviewrmeindo.html).
Tinjauan Materi Kubus dan Balok SMP
Materi kubus dan balok yang diajarkan dirangkum oleh penulis dari beberapa sumber, diantaranya: Buchori dan Cholik yang masing masing berjudul Jenius Matematika 3 untuk SMP kelas IX, 2005 dan Matematika untuk SMP kelas VII, 2005.
8.3.1 Unsur-unsur Kubus dan Balok
Bentuk bangun ruang yang paling banyak terdapat dalam kehidupan sehari-hari adalah kubus dan balok, misalnya bentuk lemari, kulkas, buku, bass atau sound musik, akuarium, dll.
Gambar berikut ini menjelaskan tentang bagian-bagian kubus yang akan dibahas, yaitu:





Sisi
Sisi adalah bidang yang membatasi bangun ruang. Sisi kubus berupa persegi dan sisi balok persegi panjag. Dari gambar di atas kubus dan balok memiliki enam sisi antara lain: ABCD, ABFE dan lain-lain.

Rusuk
Rusuk adalah garis yang merupakan pertemuan sisi bagun ruang. Rusuknya berupa penggal garis vertikal atau garis horizontal. Kubus memiliki 12 rusuk yang dikelompokkan menjadi:
Rusuk Alas : AB, BC, CD, DA
Rusuk Atas : EF, FG, GH, HE
Rusuk Tegak : AE, BF, CG, DH
Titik sudut
Titik sudut bangun ruang adalah pertemuan dua rusuk atau lebih. Pada kubus dan balok jumlah titik sudutnya ada delapan.
Diagonal bidang
Diagonal bidang adalah garis yang menghubungkan dua titik sudut yang berhadapan pada satu bidang. Salah satu contoh diagonal bidang, yaitu EB.








Diagonal ruang
Diagonal ruang adalah garis yang menghubungkan dua titik sudut yang tidak terletak pada satu bidang. Contoh diagonal ruang AG






Bidang diagonal
Bidang diagonal adalah bidang yang dibentuk oleh dua rusuk dan dua diagonal bidang. Contoh bidang diagonal ACGE





BCHE adalah contoh bidang diagonal pada balok (gambar 8)




Pembahasan pada balok sama seperti pada kubus yang membedakan hanya ukuran rusuk balok tidak sama panjang dan sisi berbentuk persegi panjang.
8.3.2 Jaring-jaring Kubus dan Balok
Bangun ruang jika diiris pada beberapa rusuknya, kemudian direbahkan sehingga terjadi bangun datar, maka bangun datar tersebut disebut jaring-jaring.
Jaring-jaring Kubus
Jaring-jaring kubus merupakan rangkaian enam buah persegi, yang jika dilipat-lipat menurut garis persekutuan dua persegi dapat membentuk kubus dan tidak ada sisi yang rangkap (ganda). Dengan demikian tidak semua rangkaian enam buah persegi merupakan jaring-jaring kubus.
Contoh jaring-jaring kubus









Jaring Balok
Untuk mendapatkan jaring-jaring balok dapat dilakukan dengan mengiris sepanjang rusuknya kemudian direbahkan, maka akan membentuk jaring-jarig balok. Jika rusu-rusuk yang diiris berbeda maka akan membentuk jarring-jaring balok yang berbeda pula.



Contoh jaring-jaring balok







8.3.3 Luas Permukaan Kubus dan Balok
yang dimaksud dengan luas permukaan kubus dan balok adalah jumlah luas seluruh permukaan (bidang) bangun ruang tersebut. Dengan demikian, untuk menentukan luas permukaan kubus dan balok perlu diketahui hal-hal berikut ini:
Banyak bidang dari kubus dan balok
Bentuk dari masing-masing bidang
Kemudian digunakan berbagai rumus luas bangun datar yang telah dipelajari, yaitu luas persegi dan persegi panjang.
Luas Permukaan Kubus
Untuk kubus yang panjang rusuk-rusuknya s, maka:
Luas Permukaan Kubus = 6 x s2 = 6s2
Luas Permukaan Balok
Luas permukaan balok yang berukuran panjang p, lebar l dan tinggi t, maka:
Luas Permukaan Balok = 2pl + 2 pt + 2 lt atau
= 2 (pl + pt + lt)
8.3.4 Volum Kubus dan Balok
Kubus merupakan balok khusus, yaitu balok yang ukuran panjang, tinggi dan lebarnya sama. Oleh karena itu rumus-rumus untuk volum kubus diperoleh dari volum balok dengan cara berikut ini:
V = p x l x t
= s x s x s
V = s3

Dengan demikian rumus untuk volum (V) kubus dengan panjang rusuk = s adalah sebagai berikut:
V= s x s x s atau V = s3


Oleh karena s x s merupakan luas alas, maka volum kubus dapat dinyatakan sebagai berikut:
Volum kubus = luas alas x tinggi


Metode Penelitian
Pendekatan dan Jenis Penelitian
Arikunto (2006:25) mengatakan, “Pendekatan adalah metode atau cara mengadakan penelitian”. Adapun pendekatan yang diambil dalam penelitian ini adalah pendekatan eksperimen yang mana dilakukan tes guna mengetahui ketuntasan hasil belajar siswa dengan Penerapan Pembelajaran Matematika Realistik pada Materi Kubus dan Balok di Kelas VIII SMP Negeri 8 Banda Aceh Tahun Ajaran 2008/ 2009.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Hal ini disebabkan oleh tujuan penelitian ini. Yaitu untuk mengetahui ketuntasan belajar dengan Penerapan Pembelajaran Matematika Realistik pada Materi Kubus dan Balok yang akan terlihat pada penggunaan angka-angka di saat pengumpulan data, penapsiran terhadap data, dan penampilan dari hasilnya.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di SMP Negeri 8 Banda Aceh pada semester genap Tahun Ajaran 2008/ 2009.
Populasi dan Sampel
Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Banda Aceh dan sampel yang diambil adalah seluruh siswa kelas VIII yang terdiri dari satu kelas pada SMP Negeri 8 Banda Aceh yang dipilih secara purposive Sampling.
Instrument Penelitian
Adapun instrumen yang digunakan penulis dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah menggunakan tes. Tes yang diberikan berupa soal dalam bentuk essay.
Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan teknik eksperimen dan tes yaitu mengajarkan materi dan memberikan tes kepada siswa. Tes dilaksanaka dua kali yaitu tes awal dan tes akhir. Tes awal diberikan sebelum eksperimen dilakukan yang bertujuan untuk melihat kesiapan belajar siswa dan tes akhir dilakuakan setelah proses pembelajaran dengan pendekatan matematika realistik pada materi Kubus dan Balok.

Teknik Pengolahan Data
Setelah secara keseluruhan data terkumpul, maka tahap berikutnya adalah tahap pengolahan data. Tahap ini penting karena pada tahap inilah hasil penelitian dirumuskan. Data yang telah terkumpul selanjutnya diolah dengan cara sebagai berikut:
Untuk menghitung ketuntasan belajar siswa digunakan acuan dalam kurikulum 1994
Siswa dikatakan tuntas apabila dapat menguasai lebih dari 65% dari materi yang diajarkan atau mencapai nilai lebih dari 65%. Dengan demikian dari tes hasil belajar yang mempunyai skor maksimal 100, seorang siswa dinyatakan telah tuntas belajar apabila telah memperoleh skor 65 ke atas. Sedangkan ketuntasan klasikal tercapai apabila paling sedikit 85% siswa di kelas tersebut telah tuntas belajar.
Pengijian hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji pihak kanan, dengan taraf signifikan α = 0.05. Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah:
Ho: µ < µ0 : Penerapan Pembelajaran Matematika Realistik pada Materi Kubus dan Balok di Kelas VIII SMP Negeri 8 Banda Aceh Tahun Ajaran 2008/ 2009 belum dapat membantu pencapaian ketuntasn beajar sisiwa.
Ho: µ ≥ µ0 : Penerapan Pembelajaran Matematika Realistik pada Materi Kubus dan Balok di Kelas VIII SMP Negeri 8 Banda Aceh Tahun Ajaran 2008/ 2009 dapat membantu pencapaian ketuntasn beajar sisiwa.
µ = 65 : Merupakan nilai standar yang menyatakan siswa telah menguasai 65% dari metri pembelajaran.

Untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan, menurut Sudjana (2002:227) dapat digunakan statistic uji-t

t = (X ̅ - μ_0)/(S/√n)
Keterangan:
x ̅ = Rata-rata
μ_0 = Merupakan nilai standar ketuntasan (sesuai KKM)
S = Simpangan baku
n = Banyak data

Jadwal Penelitian
Penulis merencanakan penelitian ini selama 6 bulan, dengan perincian sebagai berikut:
Tahap penyusunan proposal : 1/2 bulan
Tahap pengumpulan data : 2 1/2 bulan
Tahap pengolahan data : 1 bulan
Tahap penyusunan laporan : 2 bulan
Catatan:
Jadwal penelitian diatas sewaktu-waktu bisa berubah sesuai dengan situasi dan kondisi di lapangan.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 1996. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Bandung: Rineka Cipta.
Dahar, Ratna Wilis. 1989. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Depdiknas. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Hadi, Sutarto. 2005. Pendidikan Matematika Realistik. Banjar masin: Tulip Banjar
Masin

Hollands, Roy. 1983. Kamus Matematika. Jakarta. Erlangga

Johar, Rahmah. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Banda Aceh: Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Syiah Kuala.

Johar, Rahmah. 2001. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. JICA Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA Universitas Negeri Malang.

Johar, Rahmah. 2002. Pendekatan Matematika Realistik. Dalam Buletin Pendidikan Matematika. Ambon: FKIP Pattimura.

PMRI.Vol. V No.1, januari 2007. Operasi bilangan Bulat dengan “Kempyeng”. Bandung: Institut Pengembangan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (IP-PMRI) FMIPA Institut Teknologi Bandung

Sudjana. 2002. Metode Statistika. Bandung: Tarsito Bandung

Soedjadi. 2007. Dasar-dasar Pendidikan Matematika Realistik Indonesia. Jurnal

Sunardi. Pembelajaran Geometri dengan Pendekatan Realistik. Makalah ini disajikan pada seminar nasional RME. FMIPA UNESA. Tanggal 24 Februari 2001
Surachman, Winarto. 1982. Dasar dan Teknik Research, Pengantar Metodologi Ilmiah. Bandung: Tarsito

Suryanto.2007: Operasi Bilangan Bulat dengan “KEMPYENG”.Majalah Pendidikan
Matematika Realistik indonesia/ Vol. V/ Januari 2007. Bandung: Institut
Pengembangan Pendidikan Matematika Realistik Matematika (IP-PMRI)
FMIPA.

http://www.geocities.com/ratuilma/tutoroverviewrmeindo.html
www.geocities.com/Athens/crete
www.geocities.com/ratuilma/rme

Minggu, 22 Februari 2009

Jika anda sedang benar, jangan terlalu berani dan
bila anda sedang takut, jangan terlalu takut.
Karena keseimbangan sikap adalah penentu
ketepatan perjalanan kesuksesan anda
Tugas kita bukanlah untuk berhasil. Tugas kita
adalah untuk mencoba, karena didalam mencoba
itulah kita menemukan dan belajar membangun
kesempatan untuk berhasil
Anda hanya dekat dengan mereka yang anda
sukai. Dan seringkali anda menghindari orang
yang tidak tidak anda sukai, padahal dari dialah
Anda akan mengenal sudut pandang yang baru
Orang-orang yang berhenti belajar akan menjadi
pemilik masa lalu. Orang-orang yang masih terus
belajar, akan menjadi pemilik masa depan
Tinggalkanlah kesenangan yang menghalangi
pencapaian kecemerlangan hidup yang di
idamkan. Dan berhati-hatilah, karena beberapa
kesenangan adalah cara gembira menuju
kegagalan
Jangan menolak perubahan hanya karena anda
takut kehilangan yang telah dimiliki, karena
dengannya anda merendahkan nilai yang bisa
anda capai melalui perubahan itu
Anda tidak akan berhasil menjadi pribadi baru bila
anda berkeras untuk mempertahankan cara-cara
lama anda. Anda akan disebut baru, hanya bila
cara-cara anda baru
Ketepatan sikap adalah dasar semua ketepatan.
Tidak ada penghalang keberhasilan bila sikap
anda tepat, dan tidak ada yang bisa menolong
bila sikap anda salah
Orang lanjut usia yang berorientasi pada
kesempatan adalah orang muda yang tidak
pernah menua ; tetapi pemuda yang berorientasi
pada keamanan, telah menua sejak muda
Hanya orang takut yang bisa berani, karena
keberanian adalah melakukan sesuatu yang
ditakutinya. Maka, bila merasa takut, anda akan
punya kesempatan untuk bersikap berani
Kekuatan terbesar yang mampu mengalahkan
stress adalah kemampuan memilih pikiran yang
tepat. Anda akan menjadi lebih damai bila yang
anda pikirkan adalah jalan keluar masalah.
Jangan pernah merobohkan pagar tanpa mengetahui
mengapa didirikan. Jangan pernah mengabaikan
tuntunan kebaikan tanpa mengetahui keburukan
yang kemudian anda dapat
Seseorang yang menolak memperbarui cara-cara
kerjanya yang tidak lagi menghasilkan, berlaku
seperti orang yang terus memeras jerami untuk
mendapatkan santan
Bila anda belum menemkan pekerjaan yang sesuai
dengan bakat anda, bakatilah apapun pekerjaan
anda sekarang. Anda akan tampil secemerlang
yang berbakat
Kita lebih menghormati orang miskin yang berani
daripada orang kaya yang penakut. Karena
sebetulnya telah jelas perbedaan kualitas masa
depan yang akan mereka capai
Jika kita hanya mengerjakan yang sudah kita
ketahui, kapankah kita akan mendapat
pengetahuan yang baru ? Melakukan yang belum
kita ketahui adalah pintu menuju pengetahuan
Jangan hanya menghindari yang tidak mungkin.
Dengan mencoba sesuatu yang tidak
mungkin,anda akan bisa mencapai yang terbaik
dari yang mungkin anda capai.
Salah satu pengkerdilan terkejam dalam hidup
adalah membiarkan pikiran yang cemerlang
menjadi budak bagi tubuh yang malas, yang
mendahulukan istirahat sebelum lelah.
Bila anda mencari uang, anda akan dipaksa
mengupayakan pelayanan yang terbaik.
Tetapi jika anda mengutamakan pelayanan yang
baik, maka andalah yang akan dicari uang
Waktu ,mengubah semua hal, kecuali kita. Kita
mungkin menua dengan berjalanannya waktu,
tetapi belum tentu membijak. Kita-lah yang harus
mengubah diri kita sendiri
Semua waktu adalah waktu yang tepat untuk
melakukan sesuatu yang baik. Jangan menjadi
orang tua yang masih melakukan sesuatu yang
seharusnya dilakukan saat muda.
Tidak ada harga atas waktu, tapi waktu sangat
berharga. Memilik waktu tidak menjadikan kita
kaya, tetapi menggunakannya dengan baik
adalah sumber dari semua kekayaan